Sabtu, Juli 19, 2008

BELAJARLAH PADA SI GILA

Pernah mendengar cerita katak Kalimantan yang menyeberangi Sungai Barito? Jika belum, cerita yang disampaikan Adi Sasono pada Silaknas ICMI, pekan lalu, layak disimak.

Dalam cerita itu, seorang gila bertemu dengan seorang profesor. Keduanya berbincang tentang katak. Yakni katak Kalimantan yang mampu melompat sejauh 50 cm. "Berapa lompatan yang diperlukan katak Kalimantan itu untuk sampai ke seberang sungai Barito?" tanya si gila itu. Sedangkan lebar Barito adalah 1.250 meter.

Dengan cepat, profesor itu menjawab. "2.500 lompatan," katanya. Menghitungnya sangat mudah. Jika katak itu dapat melompat setengah meter, maka jumlah lompatan yang diperlukan adalah dua kali jarak dalam meter.

Orang gila itu terkekeh-kekeh mendengar jawaban profesor. Yang diperlukan katak itu untuk sampai ke seberang, katanya, hanya dua lompatan. Yang pertama adalah melompat ke air. Setelah itu katak akan berenang. Sampai di ujung, katak baru akan melompat lagi ke daratan.

Saya, Anda, dan kita semua bisa seperti profesor itu. Pandai dalam logika, namun dungu terhadap realita. Dengan logika kita merasa mampu menjawab segalanya. Dengan logika, kita percaya dapat memecahkan seluruh masalah. Apalagi bila kita merasa tak cuma punya logika, namun hafal di luar kepala berbagai teori yang disebut buku-buku teks, dan memiliki segudang pengalaman. Persoalan apa yang tidak dapat kita atasi?

Keadaan bangsa ini sekarang adalah produk cara berpikir gaya profesor itu. Para perancang pembangunan kita sangat percaya pada logika, penguasaan teori, dan pengalamannya sendiri. Itulah kebenaran menurut mereka. Mereka memaksa bangsa ini menerima "kebenaran" itu.

Percaya pada yang cerdik pandai itu, seluruh bangsa lalu menelan bulat resep yang disodorkan. Hasilnya, rupiah terkapar dari Rp 2.500 ke titik Rp 16 ribu per dolar Amerika. Habibie sempat mengatrolnya kembali ke sekitar Rp 6.700. Pemerintahan sekarang yang mengaku kompeten membantingnya lagi ke tingkat Rp 10.500.

Hasilnya pula, rakyat harus memikul beban Rp 600 triliun yang dihamburkan negara untuk "menomboki" kelakuan segelintir konglomerat. Cuma kurang dari Rp 100 triliun kini yang tersisa. Rakyat juga harus menanggung beban hidup akibat tidak berharganya rupiah tersebut. Baik melalui kenaikan harga BBM, tarif listrik, telepon, dan akhirnya seluruh harga barang.

Begitupun para pengambil kebijakan masih merasa benar dengan sikap "lucu"-nya. Mereka sibuk menjual BCA Rp 5 triliun dengan dalih "butuh uang", namun tak menganggap keliru langkah menggerojok bank itu dengan puluhan triliun rupiah. Mereka rela mengorbankan Semen Gresik demi uang receh dari Cemex.

Sikap pemerintahan Jakarta dan Bandung juga "luar biasa". Hari-hari ini, keduanya tengah melancarkan perang besar pada pedagang kaki lima. Kecuali di Glodok yang memang selalu "basah". Itu dilakukan ketika banyak orang terancam PHK. Pemerintah pun tak mampu membuat lapangan kerja.

Saya bukan profesor, bukan pula si gila. Kalau harus belajar pada mereka, saya akan belajar dari si gila. Ia, sepertinya, tak punya apa-apa. Namun ia memiliki wisdom, yang membuatnya selalu mampu mencermati realita. Realitalah, bukan kata-kata, yang merupakan kebenaran

WAKTUNYA MENCUCI OTAK ANDA

Untuk sebagian besar dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi bagian dari diri. Ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita dengan mudah merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut.

Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk, yang lalu akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung.

Jessica Padykula menyarankan sembilan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:

1. Hidup di saat ini.

Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2. Katakan hal positif pada diri sendiri

Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

3. Percaya pada kekuatan pikiran positif

Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.

4. Jangan berdiam diri.

Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.

5. Fokus pada hal-hal positif.

Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti 'hari ini cerah' atau 'makan sore hari ini menakjubkan'. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.

6. Bergeraklah

Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

7. Hadapi rasa takutmu

Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

8. Coba hal-hal baru

Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran 'ya, tapi...'. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.

9. Ubah cara pandang

Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.

KISAH SI PENEBANG POHON

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu".

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"
"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga". Kata si penebang.

"Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.

Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

Istirahat bukan berarti berhenti ,

Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru !

Salam sukses luar biasa!

Kamis, Juli 03, 2008

IKATAN ALUMNI TEKNIK SIPIL UNY

SLAMAT DATANG, DENGAN WARNA NATURAL, DAN TAMPILAN BARU SEMOGA SEMAKIN SEGAR SEMANGAT KITA